Perkembangan dan Peradaban Islam di Afrika Selatan dan Afrika Barat



Perkembangan Islam dan Peradabannya
Di Afrika Selatan dan Afrika Barat
Oleh
Nurcholis
13420074
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. J. Suyuthi Pulungan, M.A.






JURUSAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
2016




Perkembangan Islam dan Peradabannya
Di Afrika Selatan dan Afrika Barat
PENDAHULUAN









Nama afrika berasal dari kata bahasa Latin, Africa terra  "tanah Afri" (bentuk jamak dari "Afer") untuk menunjukkan bagian utara benua tersebut, saat ini merupakan bagian dari Tunisia, tempat kedudukan provinsi Romawi untuk Afrika. Asal kata Afer mungkin dari bahasa Fenisia, 'afar berarti debu; atau dari suku Afridi, yang mendiami bagian utara benua dekat Kartago; atau dari bahasa Yunani aphrike berarti tanpa dingin; atau dari bahasa Latin aprica berarti cerah. Afrika merupakan satu-satunya benua yang ditinggali nenek moyang manusia hingga sekitar dua juta tahun lampau ketika Homo erectus berkembang ke luar Afrika menuju Eropa dan Asia. Lebih dari 1,5 juta tahun kemudian, populasi dari tiga benua itu mengikuti evolusi yang berlainan sehingga mereka menjadi spesis yang berbeda. Yang di Eropa menjadi Neanderthal, yang di Asia tetap Homo erectus, tetapi yang di Afrika berevolusi menjadi Homo sapiens.[1]
            Banyak kepercayaan yang telah menyebar di Benua ini sebelum datangnya Islam. kepercayaan animisme, kepercayaan fir’aun kuno, dan budaya Paganisme lainnya berkembang di wilayah benua ini. Hingga datangnya agama Tauhid dari Arab yang membawa kehidupan pribumi menjadi lebih baik.  Diawali dari dakwah oleh Nabi SAW dan para sahabatnya hingga timbul kekuasaan politik berdasarkan dinasti. Wilayah kekuasaan atau pengaruh Islam juga mengalami perluasan wilayah, dari penduduk sekitar Makkah dan Madinah berkembang menjadi seluruh Negeri Arab hingga menyebar ke segala arah termasuk benua hitam. Dalam makalah yang akan kami bahas merupakan sejarah singkat Islam dan Peradabannya di Wilayah Afrika Selatan dan Afrika Barat.    


PEMBAHASAN
A. Afrika Selatan

            Negara Republik Afrika Selatan saat ini adalah sebuah negara di benua Afrika bagian selatan. Afrika Selatan bertetangga dengan Namibia, Botswana dan Zimbabwe di utara, Mozambik dan Swaziland di timur laut. Keseluruhan negara Lesotho terletak di pedalaman Afrika Selatan. Pada masa dahulu, pemerintahan negara ini dikecam karena politik 'apartheid'nya[2] tetapi sekarang Afrika Selatan adalah sebuah negara demokratis dengan penduduk kulit putih terbesar di benua Afrika. Negara ini merupakan negara dengan berbagai macam bangsa dan mempunyai 11 bahasa resmi. Negara ini juga terkenal sebagai produsen utama berlian, emas dan platinum di dunia.[3]
            Masyarakat Afrika Selatan secara budaya menunjukkan kombinasi budaya dengan budaya luar, seperti bahasa dan sastranya.[4] Bahasa asli Afrika telah bercampur dengan peran pendatang, terutama kolonialisme Barat. Akibat kendali oleh Orang kulit putih, hingga mereka sangat menentukan arah dan pola kebudayaan Afrika Selatan meskipun mereka minoritas secara etnis.
            Pada tahun 1993 M, pemerintah melakukan pengelompokan terhadap penduduk yang terbagi dalam empat golongan: keturunan Afrika hhitam 32 juta jiwa, kulit berwarna 5 juta jiwa, keturunan India 1 juta jiwa, dan kulit putih 5 juta jiwa. Penduduk Muslim mencapai 2,5 % dari jumlah keseluruhan penduduk. Mayoritas mereka keturunan Afrika 49,8 %, kulit berwarna 47 %, keturunan India dan kulit putih 0,7 %.


     1. Islam di Afrika Selatan
            Kaum Muslimin yang datang ke Afrika Selatan terbagi dalam dua kelompok. Pertama, dibawa kolonial Belanda (1652-1807 M) yang terdiri imigran seperti; budak, tahanan politik, dan pejabat kriminal dari Afrika Barat, Afrika Timur dan Asia Tenggara[5]. Kaum Muslim pertama yang datang ke Afrika Selatan adalah mereka yang disebut sebagai Mardyckers.[6] Orang-orang ini berasal dari Ambon, Maluku. Mereka datang ke Afrika Selatan sebagai tenaga keamanan menjaga kepentingan VOC dan orang belanda dari gangguan penduduk setempat. Sebagian dari orang-orang Mardyckers ini beragama Islam. Namun, pemerintah kolonial melarang mereka beribadah secara terbuka, dan bagi yang melanggarnya akan diancam hukuman sangat berat.
Tahun 1667 M rombongan dari Nusantara kembali datang ke Tanjung Harapan. Namun status mereka kali ini bukan lagi sebagai orang merdeka, tetapi budak Belanda. Pada tahun yang sama Tanjung Harapan kemudian ditetapkan sebagai tempat pembuangan tahanan politik. Pada  13 Mei 1667, kapal dagang bernama Poelsbroek, berangkat dari Batavia tanggal 24 Januari 1667 merapat di Tanjung Harapan. Di dalamnya terdapat tahanan politik, yang disebut Orang Cayen (orang-orang kaya dan berpengaruh). Mereka adalah bangsawan atau Ulama dari Nusantara yang melakukan berbagai perlawanan terhadap penjajahan VOC, seperti Sultan Matebe Shah dari Malaka.
Pada tanggal 2 April 1694, mendarat sebuah kapal VOC bernama Voetboeg dari Sri Lanka, terdapat 49 Tahanan politik yang dipimpin oleh Abidin Tadia Tjoesoep alias syaikh Yusuf Al-Makassari. Syaikh Yusuf Tajulkhawalti  al-Makassary (w. 1699 M) adalah Muslim Melayu pertama yang datang ke wilayah ini sebagai tahanan Belanda. Ia lebih dikenal sebagai pendiri Islam di Cape pada tahun 1694 M.[7] Selama diasingkan di Afrika Selatan, Syaikh Yusuf diisolasi di sebuah kawasan perkebunan Zandvleit, sekitar 40 Km dari cape Town. Namun kolonial Belanda sia-sia, karena Zeindvleit justru menjadi tempat perlindungan bagi para budak yang berhasil melarikan diri.
Zandvleit di bawah bimbingan Syaikh Yusuf, Komunitas Muslim pertama terbentuk di Afrika Selatan. Namun, empat tahun kemudian tanggal 23 Mei 1699, Syaikh Yusuf meninggal dunia dalam usia 73 Tahun. Jenazahnya dimakamkan di kota kecil bernama Macassar di pinggiran Cape Town. Sepeninggal Syaikh Yusuf, seluruh pengikutnya, kecuali dua orang imam dan satu putrinya dipulangkan kembali ke Nusantara dengan dua kapal De Liefde dan De Spiegel.
Selain Syekh Yusuf, tokoh lain yang berjasa[8] dalam menyebarkan Islam di Afrika Selatan adalah Tuan Guru dari Ternate yang bernama lengkap Abdullah bin Qadhi Abdus Salaam. Dia dibawa bersama tiga orang lainnya yang bernama Callie Abdol Rauf, Badroedin, dan Noro Iman. Mereka ditawan di Robben Island dengan kesalahan sebagai Bandietten Rollen, yaitu orang yang dianggap berkonspirasi dengan Inggris untuk merongrong VOC. Abdullah bin Kadi dibebaskan pada tahun 1792, setelah dua belas tahun di penjara. Dia kemudian bermukim di Dorp Street, di kawasan yang kini dikenal sebagai Bo-Kaap, Dekat pemakaman Tana Baru.[9]
Qadhi Abdussalam (w. 1807) berhasil meletakkan pondasi masjid pertama di wilayah Cape Town tahun 1789 M. Peningkatan tajam jumlah Muslim antara 1804 dan 1834 M, Muslim mencapai sepertiga jumlah total penduduk Cape. Hal mendukung peningkatan tersebut adalah perpindahan agama, perkawinan, instituisi-instituisi perbudakan, adopsi, dan pendidikan.[10]
Banyak Muslim berafiliasi sufi yang menjadi budaya Islam Cape, seperti tarekat Qadariyah yang pemimpinannya diyakini memiliki ‘lingkaran suci karomah’. Terdapat sufi-sufi keturunan India, misalnya Ghulam Muhammad Habibi  (‘Sufi Sahib’, w.1910 M) yang telah memberi kontribusi sosial budaya yang sangat berharga. Hingga saat ini, Mausoleum Habibi di Durban telah ditetapkan sebagai sebuah monumen nasional.[11]
Kedua, tahun 1860- 1914 M dibawa pemerintah kolonial Inggris dari India sebagai buruh dan penumpang-penumpang bebas ke Natal dan Transvaal. Sekitar 1873- 1880 M, sekelompok besar orang-orang Zanzibar ikut memasuki kawasan Afrika Selatan.[12]



           
     2. Perkembangan Islam di Afrika Selatan
            Kaum Muslim Cape dipandang sebagai sebuah komunitas yang damai dan taat hukum. Namun, ada kalanya mereka melakukan perlawanan terhadap kebijakan yang dianggap merendahkan. Pada tahun 1840 M mereka menolak vaksinasi massal, tahun 1856 M mereka menentang larangan kotapraja untuk penampilan simbolisasi khalifah Islam di bawah kepemimpinan tokoh Abdul Burns (w.1898 M), perselisihan pengikut Mazhab tahun 1866, 1900 M dan sebagainya.
            Kaum Muslim di Gujarat menerbitkan sebuah surat kabar mingguan religius-politik “al-Islam” antara 1907 dan 1910 M. Dalam mengungkapkan pemikiran-pemikiran sosial-politik dan keagamaan mereka, terbit juga media Al-Qalam Durban/ Johannesburg tahun 1973 M dan Muslim News/Views Cape Town, tahun 1960- 1986 M.[13]
            Selama abad 20 banyak organisasi sosial budaya bermunculan. Perhimpunan Melayu Cape didirikan tahun 1920 M, tokohnya Muhammad Arshad Gemiet (w. 1935 M), dan Kongres India Afrika Selatan (1923 M) tokohnya Abdullah Kajee (w. 1946 M) dibentuk untuk memelihara kekhasan identitas etnis mereka sejalan dengan kebijakan pemerintah dan untuk berunding mengenai hak-hak tertentu mereka. Afrika Selatan mengalami perubahan sosial budaya yang dramatis selama periode 1970 dan 1980-an yang berpengaruh terhadap kaum Muslim.
            Banyak literatur Timur Tengah dan Anak Benua India karya-karya Sayyid Qutb dari Mesir, Abul A’la Maududi dari Pakistan dan Ali Syariati dari Iran beredar di kalangan generasi muda Muslim, khususnya lingkungan universitas mereka. Gerakan Pemuda Muslim Afrika Selatan (MYMSA) didirikan tahun 1970 di Durban dan organisasi lainnya yang mengenalkan sejumlah pemikir-pemikir Muslim dunia lainnya. [14]
             Dewasa ini, muncul kelompok-kelompok Muslim “Charteris” yang mendukung ANC (Kongres Afrika Nasional) maupun kelompok-kelompok ‘Afrikanis’ yang mendukung PAC (Kongres Pan-Afrika). Kelompok Jam’iyat Al-Ulama’ yang netral dalam beragama. Pada tahun 1990 berlangsung konferensi Muslim Nasional yang menghasilkan Front Muslim dan rumusan Piagam Keagamaan oleh utusan Afrika Selatan untuk Konferensi Dunia tentang Agama dan Perdamaian pada 1992.[15]


     3. Peradaban Islam di Afrika Selatan
            Masjid Pertama yang dibangun oleh Qadhi Abdussalam (w. 1807) di Cape Town tahun 1789 M. Setelah pembangunan masjid ini, beberapa tahun kemudian jumlah Muslim mengalami peningkatan yang pesat.
Salah satu naskah Arab-Afrika Bayanuddin, ditulis oleh Syaikh Abu Bakr Affendi (w. 1880 M) seorang ulama Hanafi berbangsa Turki yang datang ke Cape tahun 1863 M. Kedatangannya atas permintaan gubernur setempat untuk menyelesaikan perselisihan-perselisihan teologis.
Saat ini Makam Syaikh Yusuf terdapat perkampungan kecil dengan penduduk sekitar 40 rumah. Di tengah perkampungan ini terdapat Masjid Nurul Imam yang berdiri megah. Masjid ini didirikan pada tahun 2005 oleh mantan wakil Presiden RI Yusuf Kalla, setelah selesai dipugar dengan bantuan dari Pemerintah RI.

B. Afrika Barat
           
 
                                           
Afrika Barat berbatasan dengan Samudra Atlantik di sebelah barat dan selatan, Gurun Sahara di utara, dan Gunung Kamerun hingga Danau Chad di timur. Negara-negara yang termasuk dalam Afrika Barat adalah: Benin, Burkina Faso, Gambia, Ghana, Guinea, Guinea Bissau, Liberia, Mali, Mauritania, Niger, Nigeria, Pantai Gading, Senegal, Sierra Leone, Togo.[16]
Delta Sungai Niger merupakan daerah yang penting di Afrika Barat. Setelah adanya agama Islam di sekitar wilayah ini, pada abad ke 18 M datanglah Imperium dari Eropa. Di daerah-daerah sungai Niger ini imperium dari Jerman, Inggris dan Prancis saling bersaing untuk mendapatkan daerah pengaruh. Pada tahun 1878 M Prancis dapat mengadakan perjanjian dengan raja pribumi Afrika di daerah tersebut. Beberapa benteng dan kantor dagang didirikan. Pada tahun 1885 terjadi Kongres Berlin II yang menyatakan semua daerah di Afrika yang menjadi milik negara-negara Eropa hrus disertai pendudukan yang sungguh-sungguh.[17]
     1. Islam Di Afrika Barat
Islamisasi Afrika Barat terjadi antara abad ke 11 M dan ke 16 M melalui Penaklukan militer oleh orang Almoravid (al-Murabitun). Afrika Utara menjarah Afrika Barat dalam rangka mencari emas dan budak serta Saluran perdagangan jarak jauh yang baik dengan Afrika Utara telah membantu penyebaran Islam ke Afrika Barat. Para pedagang Maghrib memberikan andil dalam Islamisasi Afrika Barat.
            Persaudaraan yang membentuk Islam di Afrika Barat sekarang merupakan cabang dari dua persaudaraan utama yaitu, Qadiriyah abad ke 12 M di Baghdad, dan Tijaniyah yang berdiri abad ke 18 M Maroko. Kedua persaudaraan tersebut merupakan penerapan Islam Itariqoh. Al-Maurid (para murid) merupakan cabang Qadiriyah Afrika Barat yang didirikan oleh Marabout Ibrahim Niass. Ia meebentuk otoritas agama dan memimpin persaudaraan.
            Masyarakat Islam Afrika Barat terbentuk dari persahabatan jaringan perdagangan, melalui thariqat Qadariyah dan melalui kesamaan tradisi intelektual dan keagamaan. Mereka sebagai komunitas kecil yang terorganisir melalui ikatan nasab dan keagamaan membentuk masyarakat Islam tanpa dalam kekuasaan suatu rezim Negara. Stuktur komunitas tersebut sebagai pola organisasi perkumpulan keagamaan Muslim di Negara-negara Muslim Afrika yang sekuler abad dua puluh dan memiliki banyak penyesuaian dengan organisasi mayoritas Muslim di dunia.[18]
            Di Afrika Barat terdapat dua jenis literatur Islam di Afrika, yaitu literature ilmiah karya Ulama Afrika dalam bahasa klasik dan literature Arab klasik pribumi dalam literatur Islam Afrika. Literatur Islam dapat diketahui pada upaya penyalinan langsung dan membuat ikhtisar karya-karya dari sumber Arab Klasik. Karya-karya tersebut didatangkan dari Afrika Utara dan Mesir yang dilakukan pada abad kesembilan belas dari wilayah Hausa. Sejarah lokal dalam bahasa Arab klasik juga ditulis Ulama Afrika Barat sejak abad ke tujuh belas. Berkembang pula literatur dalam bahasa Fulfulde dan Hausa yang dapat dianggap sebagai tradisi tradisi daerah dalam literatur Islam Afrika.[19]
            Islam di Afrika barat mempunyai kaitan kekeluargaan yang sangat erat dengan nenek moyangnya di daerah Maghrib. Daerah-daerah pantai Afrika Utara telah dimasuki oleh orang-orang Arab yang menjadikan masyarakat Barbar menjadi Muslim. Meraka juga telah melakukan kegiatan perdagangan melintasi Sahara selama berabad-abad (sekitar abad ketiga Masehi) yang lalu dan mulai memperkenalkan Agama dan kebudayaan baru ke arah selatan.
            Pada saat perdagangan meluas, terjadi peralihan ke agama Islam atau penyediaan akomodasi untuk menyelenggarakan kebiasaan praktek Muslim. Pemakaian bahasa dan tulisan Arab dalam masyarakat Arab menjadi lebih dikenal. Setelah tahun 1400 M bahasa-bahasa tertentu orang Afrika telah ditulis dengan menggunakan abjad Arab, setelah mengalami sedikit modifikasi. Islam juga diterima di daerah-daerah yang ada di Sahara dan lintas Sahara karena ide-ide pengobatan dan teori-teorinya, dan melalui ilmu-ilmu metefisika untuk pengobatan Islam.
            Beberapa negara besar yang terpenting seperti Ghana, Mali dan Songhai yang dibangnun di daerah bagian barat Sudan, khususnya sebagai perdagangan emas dan budak. Unit-unit politik ini semakin mempercepat proses Islamisasi sejalan pertambahan waktu. Mali yang mulai muncul pada tahun 1250 M sangat tertarik terhadap ajaran Islam dan banyak pemimpin orang Mali melaksanakan ibadah haji ke Mekkah. Dalam perjalanan, mereka lewat melalui Kairo, dimana suplai emas mereka yang berlebihan telah menakjubkan dan menyenangkan penduduk Mesir pada maasa itu. Sebaliknya Mali telah dikuasai oleh Songhai[20] sekitar tahun 1450 M. Songhai dibawah pimpinan Upper Niger, banyak terlibat dalam politik dan ekspansi tahun 1510-1530 M. Timbuktu[21] diambil alih orang-orang Maroko tahun 1590-1591 M.
            Di daerah-daerah Senegal dan Gambia, Mali memiliki sejumlah Negara-negara pengganti. Bahkan sebelum jatuhnya Mali, para pedagang Malinke (Manding) juga telah banyak melakukan kegiatan di sebagian besar Afrika Barat. Dyula (pedagang/saudagar dalam bahasa Mandle) memperdagangkan barangnya secara luas karena barang-barang mereka banyak disukai bahkan saat terjadi peperangan lokal. Sebagian mereka telah menjadi pemeluk Islam pada abad ke 15-16 M. Seperti Muslim Wangara di daerah sungai Senegal kemungkinan merupakan kelompok Muslim yang paling dikenal. Mereka peran besar dalam penyebaran Islam di daerah-daerah yang saat ini dikenal sebagai Guinea, Siera Leone dan daerah bagian utara Nigeria, pantai Gading, Toga, Benin (Dahomey) dan Ghana modern.
            Pusat kebudayaan Islam lainnya yaitu Kanem-Bornu, suatu daerah dekat danau Chad. Selama berabad-abad Negara tersebut mensponsori kelangsungan perdagangan budak ke Lybya melalui Fezzan, suatu rute yang digunakan mengangkut produk-produk seperti emas. Kanem tunduk pada penguasa dari Tunis dan pada suatu saat telah mengklaim daerah bagian selatan Fezzan. Di antara Bornu dan pantai Afrika Barat berdiri sejumlah negara-negara atau kota yang termasyhur hingga menjelang abad ke 16 M seperti, Kebbi, Kano, Katsina dan Fouta Toro.
            Sekitar tahun 1750 M masuklah kelompok-kelompok Muslim Fulani dari Senegal dan pantai Guinea di daerah padang rumput utara Nigeria.  Masyarakat Hausas yang masih belum menerima Islam secara penuh (semi Islam), maka jumlah kaum Muslim bertambah dari yang sebelumnya. Pada masa pemerintahan kolonial Inggris, Perancis, Jerman, Spanyol dan Portugal di Afrika Barat, umumnya mereka mengembangkan pusat perdagangan di daerah pantai. Perancis dan Portugis memperlihatkan berbagai ketidak-sukaan mereka terhadap Muslim. Inggris dan Jerman yang bersikap netral, ternyata mengagumi Muslim dan kebudayaannya. Namun, alasan politis memutuskan agar sesedikit mungkin bekerja sama dengan mereka.
            Pada masa kolonial di Afrika Barat bukan berarti bahwa Islam terhenti berkembang atau kehilangan pengaruh. Terlihat dari negara-negara Afrika Barat kontemporer seperti Guinea, Nigeria, Kamerun, Togo, Benin, Ghana dan pantai Gading memiliki penduduk Muslim yang besar. Sebagian dari masyarakat ini diorganisasi sebagai kelompok-kelompok politik.[22]
     2. Kekuasaan Islam Di Afrika Barat
Beberapa kerajaan yang pernah berdiri di Afrika Barat yang memiliki peran dalam persebaran Islam hingga tahun 1890 M. Dinasti-dinasti tersebut diantaranya: Kerajaan Ghana (830-1235 M), Dinasti Za di Gao (11 M -1275 M), Dinasti Sayfawa (1075-1846 M), Kekaisaran Mali (1230-1600 M), Dinasti Keita (1235-1670 M), Kerajaan Songhai (1340-1591 M), Kerajaan Bornu (1396-1893 M), Kerajaan Baguirmi (1522-1897 M), Kerajaan Dendi (1591-1901 M), Kesultanan Damagaram (1731–1851 M), Kerajaan Fouta Tooro (1776-1861 M), Kekhalifahan Sokoto (1804-1903 M), Kerajaan Toucouleur (1836-1890 M).

            a. Kekaisaran Ghana
Salah satu kerajaan pertama yang bisa menerima Islam di Afrika Barat adalah Kekaisaran Ghana (830-1235 M). Kerajaan itu berada Mauritania dan Mali bagian barat. Menurut Prof A Rahman I Doi, keberadaan Kekaisaran Ghana sempat ditulis oleh geografer Muslim bernama al-Bakri dalam kitab Fi Masalik wal Mamalik. Menurut al-Bakri, pada 1068 M Kerajaan Ghana telah mencapai kemajuan secara ekonomi kaya dan makmur.
            Kekaisaran Ghana mempekerjakan Muslim sebagai penerjemah. Tak hanya itu, sebagian besar menteri dan bendahara negara adalah Umat Islam. Al-Bakri pun melukiskan perkembangan Islam di Kekaisaran Ghana pada abad ke-11 M dengan seuntai kata. “Kota Ghana memiliki dua kota yang terletak pada sebuah dataran, salah satunya dihuni Umat Islam dalam jumlah yang banyak. Komunitas ini memiliki 12 masjid yang biasa digunakan untuk shalat Jum’at. Setiap masjid memiliki imam, muazin, serta para pembaca Al-Qur’an. Kota Muslim itu banyak memiliki ahli hukum, pengacara, dan orang-orang pintar”.
            b. Dinasti Za
Dinasti Za berbasis di Kota Kukiya dan Gao di Sungai Niger, sekarang dikenal sebagai Mali modern. Dinasti itu didirikan Za Alayaman pada abad ke-11 M. Pendiri raja itu berasal dari Yamen dan menetap di Kota Kukiya. Dinasti itu berubah menjadi kerajaan Islam setelah pada 1009-1010 M, Za Kusoy penguasa ke-15 memeluk Islam. Kerajaan ini ditaklukkan Kekaisaran Mali pada awal abad ke-13 M.
            c. Kekaisaran Mali
Menurut sejarawan Margari Hill dari Stanford University, Kerajaan Mali didirikan oleh Raja Sunjiata Keita. Ia bukanlah seorang Muslim, raja Mali pertama yang masuk Islam adalah Mansa Musa (1307-1332). “Ia menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan”. Di era kepemimpinan Mansa Musa, Kekaisaran Mali mengalami masa keemasan. Pada 1325 M, Timbuktu mulai dikuasai Kaisar Mali, Mansa Mussa (1307-1332). Raja Mali yang terkenal dengan sebutan Kan Kan Mussa itu begitu terkesan dengan warisan Islam di Timbuktu.
            Sepulang menunaikan haji di Makkah, Sultan Musa membawa seorang arsitek terkemuka asal Mesir bernama Abu Es Haq Es Saheli. Sultan menggaji arsitek itu dengan 200 kilogram emas untuk membangun Masjid Jingaray Ber. Musa juga membangun istana kerajaannya di Timbuktu. Pada masa kekuasaannya, Musa juga membangun masjid di Djenne dan Masjid Agung di Gao 1324-1325 M. Masjid ini kini hanya tersisa pondasinya saja.
            Kerajaan Mali mulai dikenal di seluruh dunia ketika Sultan Musa menunaikan ibadah haji di Tanah Suci, Makkah pada 1325 M. Sebagai penguasa yang besar, dia membawa 60 ribu pegawai dalam perjalanan menuju Makkah. Hebatnya, setiap pegawai membawa tiga kilogram emas. Itu berarti dia membawa 180 ribu kilogram emas. Saat Sultan Musa dan rombongannya singgah di Mesir, mata uang di Negeri Piramida itu langsung anjlok.
            Pesiar yang dilakukan sultan membuat Mali dan Timbuktu mulai masuk dalam peta pada abad ke-14 M. Kesuksesan yang dicapai Timbuktu membuat seorang kerabat Sultan Musa, Abu Bakar II, menjelajah samudra dengan menggunakan kapal. Abu Bakar dan tim ekspedisi maritim yang dipimpinnya meninggalkan Senegal untuk berlayar ke Lautan Atlantik. Pangeran Kerajaan Mali itu kemungkinan yang menemukan benua Amerika. Hal itu dibuktikan dengan keberadaan bahasa, tradisi, dan adat Mandika di Brazil.
            d. Kekaisaran Songhay
Islam mulai menyebar ke wilayah Kekaisaran Songhay pada abad ke-11 M. Menurut Prof. Rahman, Songhay sangat kaya karena pengaruh perdagangan dengan Gao. Pada abad ke-13 M, kerajaan itu sempat dikuasai Kekaisaran Mali. Namun, pada akhir abad ke-14 M bisa melepaskan diri ketika dipimpin oleh Sunni Ali. Di bawah kepemimpinan Raja Sunni Ali, (1464-1492 M) wilayah barat Sudan sempat dikuasai Kekaisaran Songhay. Kota Timbuktu dan Jenne yang dikenal sebagai pusat peradaban Islam juga dikuasai Sunni Ali pada 1471-1476 M.
            Sunni Ali adalah seorang Muslim. Namun, tetap mempraktikkan tradisi lokal dan magis. Ia kerap menghukum ulama dan cendekiawan Muslim yang mengkritisinya karena mempraktikkan kepercayaan pagan. Umat Islam dan ulama Muslim di Timbuktu bergembira setalah Sunni Ali meninggal.
            e. Dinasti Asykiya
Askia Muhammad Toure (Towri), seorang jenderal Songhay meminta Barou untuk mengucap sumpah dengan cara Islam sebelum memimpin kerajaan, namun menolaknya. Muhammad Toure menggulingkannya dan mendirikan Dinasti Askiya.
            Pada masa kepemimpian Muhammad Toure, Islam kembali berjaya. Ia menerapkan hukum Islam, juga melatih dan mengangkat hakim-hakim baru. Muhammad Toure melindungi dan membiayai para ilmuwan, ulama, dan cendekiawan Muslim. Mereka yang berprestasi dalam bidang intelektual dan agama diberi hadiah yang melimpah. Sultan Muhammad Toure pun sangat dekat dengan ulama dan cendekiawan terkemuka Muhammad al-Maghilli. Sang sultan juga mendukung pengembangan Universitas Sankore yang merupakan universitas Islam pertama di Afrika Barat.
            Sama seperti Mansa Musa-Sultan Mali, Askia Muhammad juga sempat menunaikan ibadah haji ke Makkah. Ia dikenal memiliki kedekatan dengan ulama dan penguasa di negara-negara Arab. Di Makkah, ia disambut penguasa Arab. Ia juga mendapat hadiah pedang dan gelar Khalifah Sudan Barat. Sekembalinya dari Makkah pada 1497 M, ia menggunakan gelar al-Hajj pada namanya.[23]
     3. Perdaban Islam Di Afrika Barat
Berikut peradaban Islam di Afrika Barat yang dapat pemakalah tuliskan:
            Kekaisaran Ghana meninggalkan dua kota yang terletak pada sebuah dataran, salah satunya dihuni Umat Islam dalam jumlah yang banyak. Komunitas ini memiliki 12 masjid yang biasa digunakan untuk shalat Jum’at.
            Kekaisaran Mali meninggalkan beberapa peradaban separti; Masjid Jingaray Ber yang dibangun dengan 200 kilogram emas oleh arsitek Abu Es Haq Es Saheli pada masa Musa, istana kerajaan Mali di Timbuktu, Masjid di Djenne dan Masjid Agung di Gao 1324-1325 M. Namun, Masjid ini kini hanya tersisa pondasinya saja.
            Universitas Sankore merupakan Universitas Islam pertama di Afrika Barat pada masa Muhammad Toure Kesultanan Dinasti Asykiya. Selain itu, di kawasan Afrika Barat juga ditemukan tak kurang dari 20 juta manuskrip.

Simpulan
Islam di Afrika Selatan dan Afrika Barat memiliki sejarah dan peradaban yang tidak dapat dilupakan. Berawal dari proses Islamisasi, perkembangan Islam hingga datangnya bangsa Eropa dan penguasaan oleh bangsa Eropa separti Belanda yang dominan di Afrika Utara, Prancis, Portugis, Jerman dan Inggris yang tertarik dengan wilayah emas Afrika Barat. Beberapa tokoh penting yang mengenalkan dan menyebarkan Ajaran Islam di antaranya berasal dari Nusantara, Syaikh Yusuf Al Makassari dilanjutkan oleh Qadhi Abdussalam (w. 1807) yang berhasil meletakkan pondasi masjid pertama di wilayah Cape Town tahun 1789 M yang membantu peningkatan tajam jumlah Muslim antara 1804 dan 1834 M. Di afrika Barat, Islam di sebarkan melalui proses perdagangan, ekspansi dan pendidikan. Islam dari Afrika Utara yang mewarisi Islam ke wilayah Barat Afrika. Peran tarekat sufi juga berpengaruh dalam penyebaran Islam di wilayah Afrika Barat.

Daftar Pustaka
           
Ajid Thohir. Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif  Etno-Linguistik dan Geo-Politik. Jakarta: Rajawali Pers. 2011
Darsiti Soeratman. Sejarah Afrika.Yogjakarta: Ombak. 2012
Ira M Lapidus. Sejarah Sosial Umat Islam bagian Kesatu dan Kedua. Jakarta:Raja Grafindo Persada. 2000
Murdiah Winarti. Diktat Mata Kuliah Sejarah Afrika. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia. 2009

https://id.wikipedia.org/wiki/Afrika_Selatan
https://www.facebook.com/laulya3/posts/387673428057520
https://id.wikipedia.org/wiki/Afrika_Barat
            https://senyumislam.wordpress.com/2011/08/04/jejak-peradaban-islam-di-afrika-barat/


[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Afrika, diakses 31 Mei 2016 07:32 WIB
[2] Disahkan 1948 M, suatu cara untuk mengawal sistem ekonomi dan sosial negara dengan dominasi kulit putih dan diskriminasi ras.
[3] https://id.wikipedia.org/wiki/Afrika_Selatan, diakses 24 Mei 2016, 15:19 WIB
[4] Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif  Etno-Linguistik dan Geo-Politik, (Jakarta: Rajawali Pers.2011) hlm.278
[5] Mereka digolongkan sebagai “Melayu Cape” karena yang datang berbondong-bondong dari kepulauan Melayu.
[6] Mardyckers berasal dari kata Mardycka atau Maredhika yang berarti merdeka. Mereka datang ke Afrika Selatan tahun 1658 M, empat tahun setelah VOC menjadikan Tanjung Harapan sebagai persinggahan kapal-kapal mereka yang akan melewati jalur Belanda-Batavia.
[7] Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif  Etno-Linguistik dan Geo-Politik, (Jakarta: Rajawali Pers.2011) hlm.279
[8] Terdapat beberapa tokoh lain yang berperan penting dalam menyebarkan Islam di Afrika Selatan. Di sekeliling cape Town saat ini ada sekitar 23 makam ulama. Mereka umumnya berasal dari Nusantara.
[9] https://www.facebook.com/laulya3/posts/387673428057520, diakses 24 Mei 2015 15:21
[10] Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif  Etno-Linguistik dan Geo-Politik, (Jakarta: Rajawali Pers.2011) hlm.278
[11] Ibid, hlm. 279
[12] Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif  Etno-Linguistik dan Geo-Politik, (Jakarta: Rajawali Pers.2011) hlm.278
[13] Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif  Etno-Linguistik dan Geo-Politik, (Jakarta: Rajawali Pers.2011) hlm. 280
[14] Ibid., hlm. 281
[15] Ibid., hlm. 282
[16] https://id.wikipedia.org/wiki/Afrika_Barat, diakses 24 Mei 2016 15:46 WIB
[17] Darsiti Soeratman, Sejarah Afrika (Yogjakarta: Ombak, 2012), hlm. 52
[18] Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam bagian Kesatu dan Kedua, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 778
[19] Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif Etno-Lungistik dan Geo-Politik,(Jakarta: PT Raja Grafindo, 2011),hlm. 272
[20] suatu negara yang telah menggunakan kekuasaan, sekitar 1490 terjadi agresi , yang dipemimpin oleh Sonni Ali.
[21] Merupakan Ibu Kota pemerintahan
[22] Murdiah Winarti, Diktat Mata Kuliah Sejarah Afrika, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia , 2009, hlm. 8; tidak diterbitkan
[23] https://senyumislam.wordpress.com/2011/08/04/jejak-peradaban-islam-di-afrika-barat/, diakses 30 Mei 2016, 15:57 WIB

Perkembangan dan Peradaban Islam di Afrika Selatan dan Afrika Barat

Perkembangan Islam dan Peradabannya Di Afrika Selatan dan Afrika Barat Oleh Nurcholis 13420074 Dosen Pengampu : Prof. Dr. H...