Perkembangan Islam dan Peradabannya
Di Afrika Selatan dan Afrika Barat
Oleh
Nurcholis
13420074
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. J. Suyuthi Pulungan, M.A.
JURUSAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
2016
Perkembangan
Islam dan Peradabannya
Di Afrika Selatan dan Afrika Barat
PENDAHULUAN
Nama afrika berasal dari kata bahasa Latin, Africa
terra "tanah Afri"
(bentuk jamak dari "Afer") untuk menunjukkan bagian utara benua
tersebut, saat ini merupakan bagian dari Tunisia, tempat kedudukan provinsi Romawi untuk
Afrika. Asal kata Afer mungkin dari bahasa Fenisia, 'afar berarti debu; atau dari suku
Afridi, yang mendiami bagian utara benua dekat Kartago; atau dari bahasa Yunani aphrike
berarti tanpa dingin; atau dari bahasa Latin aprica
berarti cerah. Afrika merupakan satu-satunya benua yang ditinggali nenek
moyang manusia hingga
sekitar dua juta tahun lampau ketika Homo erectus berkembang
ke luar Afrika menuju Eropa dan Asia. Lebih dari 1,5 juta tahun kemudian, populasi dari
tiga benua itu mengikuti evolusi yang berlainan sehingga mereka menjadi spesis
yang berbeda. Yang di Eropa menjadi Neanderthal, yang di Asia tetap Homo erectus, tetapi yang di
Afrika berevolusi menjadi Homo sapiens.[1]
Banyak
kepercayaan yang telah menyebar di Benua ini sebelum datangnya Islam.
kepercayaan animisme, kepercayaan fir’aun kuno, dan budaya Paganisme lainnya
berkembang di wilayah benua ini. Hingga datangnya agama Tauhid dari Arab yang
membawa kehidupan pribumi menjadi lebih baik.
Diawali dari dakwah oleh Nabi SAW dan
para sahabatnya hingga timbul kekuasaan politik berdasarkan dinasti. Wilayah
kekuasaan atau pengaruh Islam juga mengalami perluasan wilayah, dari penduduk
sekitar Makkah dan Madinah berkembang menjadi seluruh Negeri Arab hingga
menyebar ke segala arah termasuk benua hitam. Dalam makalah yang akan kami
bahas merupakan sejarah singkat Islam dan Peradabannya di Wilayah Afrika
Selatan dan Afrika Barat.
PEMBAHASAN
A. Afrika Selatan
Negara Republik Afrika Selatan saat ini adalah sebuah negara di benua Afrika bagian selatan. Afrika Selatan bertetangga dengan Namibia, Botswana dan Zimbabwe di utara, Mozambik dan Swaziland di timur laut. Keseluruhan negara Lesotho terletak di pedalaman Afrika Selatan. Pada masa dahulu, pemerintahan
negara ini dikecam karena politik 'apartheid'nya[2] tetapi sekarang Afrika
Selatan adalah sebuah negara demokratis dengan penduduk kulit putih terbesar di benua Afrika. Negara ini
merupakan negara dengan berbagai macam bangsa dan mempunyai 11 bahasa resmi. Negara ini juga terkenal sebagai produsen utama berlian, emas dan platinum di dunia.[3]
Masyarakat Afrika Selatan secara
budaya menunjukkan kombinasi budaya dengan budaya luar, seperti bahasa dan
sastranya.[4]
Bahasa asli Afrika telah bercampur dengan peran pendatang, terutama
kolonialisme Barat. Akibat kendali oleh Orang kulit putih, hingga mereka sangat
menentukan arah dan pola kebudayaan Afrika Selatan meskipun mereka minoritas
secara etnis.
Pada
tahun 1993 M, pemerintah melakukan pengelompokan terhadap penduduk yang terbagi
dalam empat golongan: keturunan Afrika hhitam 32 juta jiwa, kulit berwarna 5
juta jiwa, keturunan India 1 juta jiwa, dan kulit putih 5 juta jiwa. Penduduk
Muslim mencapai 2,5 % dari jumlah keseluruhan penduduk. Mayoritas mereka
keturunan Afrika 49,8 %, kulit berwarna 47 %, keturunan India dan kulit putih
0,7 %.
1. Islam di Afrika Selatan
Kaum
Muslimin yang datang ke Afrika Selatan terbagi dalam dua kelompok. Pertama,
dibawa kolonial Belanda (1652-1807 M) yang terdiri imigran seperti; budak,
tahanan politik, dan pejabat kriminal dari Afrika Barat, Afrika Timur dan Asia
Tenggara[5].
Kaum Muslim pertama yang datang ke Afrika Selatan adalah mereka yang disebut
sebagai Mardyckers.[6] Orang-orang
ini berasal dari Ambon, Maluku. Mereka datang ke Afrika Selatan sebagai tenaga
keamanan menjaga kepentingan VOC dan orang belanda dari gangguan penduduk
setempat. Sebagian dari orang-orang Mardyckers ini beragama Islam. Namun,
pemerintah kolonial melarang mereka beribadah secara terbuka, dan bagi yang
melanggarnya akan diancam hukuman sangat berat.
Tahun 1667 M rombongan
dari Nusantara kembali datang ke Tanjung Harapan. Namun status mereka kali ini
bukan lagi sebagai orang merdeka, tetapi budak Belanda. Pada tahun yang sama
Tanjung Harapan kemudian ditetapkan sebagai tempat pembuangan tahanan politik. Pada 13 Mei 1667, kapal dagang bernama Poelsbroek,
berangkat dari Batavia tanggal 24 Januari 1667 merapat di Tanjung Harapan. Di
dalamnya terdapat tahanan politik, yang disebut Orang Cayen (orang-orang kaya
dan berpengaruh). Mereka adalah bangsawan atau Ulama dari Nusantara yang
melakukan berbagai perlawanan terhadap penjajahan VOC, seperti Sultan Matebe
Shah dari Malaka.
Pada tanggal 2 April
1694, mendarat sebuah kapal VOC bernama Voetboeg dari Sri Lanka, terdapat 49
Tahanan politik yang dipimpin oleh Abidin Tadia Tjoesoep alias syaikh Yusuf
Al-Makassari. Syaikh Yusuf Tajulkhawalti
al-Makassary (w. 1699 M) adalah Muslim Melayu pertama yang datang ke
wilayah ini sebagai tahanan Belanda. Ia lebih dikenal sebagai pendiri Islam di
Cape pada tahun 1694 M.[7]
Selama diasingkan di Afrika Selatan, Syaikh Yusuf diisolasi di sebuah kawasan
perkebunan Zandvleit, sekitar 40 Km dari cape Town. Namun kolonial Belanda
sia-sia, karena Zeindvleit justru menjadi tempat perlindungan bagi para budak
yang berhasil melarikan diri.
Zandvleit di bawah
bimbingan Syaikh Yusuf, Komunitas Muslim pertama terbentuk di Afrika Selatan.
Namun, empat tahun kemudian tanggal 23 Mei 1699, Syaikh Yusuf meninggal dunia
dalam usia 73 Tahun. Jenazahnya dimakamkan di kota kecil bernama Macassar di
pinggiran Cape Town. Sepeninggal Syaikh Yusuf, seluruh pengikutnya, kecuali dua
orang imam dan satu putrinya dipulangkan kembali ke Nusantara dengan dua kapal
De Liefde dan De Spiegel.
Selain Syekh Yusuf,
tokoh lain yang berjasa[8]
dalam menyebarkan Islam di Afrika Selatan adalah Tuan Guru dari Ternate yang
bernama lengkap Abdullah bin Qadhi Abdus Salaam. Dia dibawa bersama tiga orang
lainnya yang bernama Callie Abdol Rauf, Badroedin, dan Noro Iman. Mereka
ditawan di Robben Island dengan kesalahan sebagai Bandietten Rollen, yaitu
orang yang dianggap berkonspirasi dengan Inggris untuk merongrong VOC. Abdullah
bin Kadi dibebaskan pada tahun 1792, setelah dua belas tahun di penjara. Dia
kemudian bermukim di Dorp Street, di kawasan yang kini dikenal sebagai Bo-Kaap,
Dekat pemakaman Tana Baru.[9]
Qadhi Abdussalam (w.
1807) berhasil meletakkan pondasi masjid pertama di wilayah Cape Town tahun
1789 M. Peningkatan tajam jumlah Muslim antara 1804 dan 1834 M, Muslim mencapai
sepertiga jumlah total penduduk Cape. Hal mendukung peningkatan tersebut adalah
perpindahan agama, perkawinan, instituisi-instituisi perbudakan, adopsi, dan
pendidikan.[10]
Banyak Muslim
berafiliasi sufi yang menjadi budaya Islam Cape, seperti tarekat Qadariyah yang
pemimpinannya diyakini memiliki ‘lingkaran suci karomah’. Terdapat sufi-sufi
keturunan India, misalnya Ghulam Muhammad Habibi (‘Sufi Sahib’, w.1910 M) yang telah memberi
kontribusi sosial budaya yang sangat berharga. Hingga saat ini, Mausoleum
Habibi di Durban telah ditetapkan sebagai sebuah monumen nasional.[11]
Kedua, tahun
1860- 1914 M dibawa pemerintah kolonial Inggris dari India sebagai buruh dan
penumpang-penumpang bebas ke Natal dan Transvaal. Sekitar 1873- 1880 M,
sekelompok besar orang-orang Zanzibar ikut memasuki kawasan Afrika Selatan.[12]
2. Perkembangan Islam di Afrika Selatan
Kaum Muslim Cape dipandang sebagai
sebuah komunitas yang damai dan taat hukum. Namun, ada kalanya mereka melakukan
perlawanan terhadap kebijakan yang dianggap merendahkan. Pada tahun 1840 M
mereka menolak vaksinasi massal, tahun 1856 M mereka menentang larangan
kotapraja untuk penampilan simbolisasi khalifah Islam di bawah kepemimpinan
tokoh Abdul Burns (w.1898 M), perselisihan pengikut Mazhab tahun 1866, 1900 M
dan sebagainya.
Kaum Muslim di Gujarat menerbitkan
sebuah surat kabar mingguan religius-politik “al-Islam” antara 1907 dan
1910 M. Dalam mengungkapkan pemikiran-pemikiran sosial-politik dan keagamaan
mereka, terbit juga media Al-Qalam Durban/ Johannesburg tahun 1973 M dan
Muslim News/Views Cape Town, tahun 1960- 1986 M.[13]
Selama
abad 20 banyak organisasi sosial budaya bermunculan. Perhimpunan Melayu Cape
didirikan tahun 1920 M, tokohnya Muhammad Arshad Gemiet (w. 1935 M), dan
Kongres India Afrika Selatan (1923 M) tokohnya Abdullah Kajee (w. 1946 M)
dibentuk untuk memelihara kekhasan identitas etnis mereka sejalan dengan
kebijakan pemerintah dan untuk berunding mengenai hak-hak tertentu mereka. Afrika
Selatan mengalami perubahan sosial budaya yang dramatis selama periode 1970 dan
1980-an yang berpengaruh terhadap kaum Muslim.
Banyak literatur Timur Tengah dan Anak Benua India
karya-karya Sayyid Qutb dari Mesir, Abul A’la Maududi dari Pakistan dan Ali
Syariati dari Iran beredar di kalangan generasi muda Muslim, khususnya
lingkungan universitas mereka. Gerakan Pemuda Muslim Afrika Selatan (MYMSA)
didirikan tahun 1970 di Durban dan organisasi lainnya yang mengenalkan sejumlah
pemikir-pemikir Muslim dunia lainnya. [14]
Dewasa ini, muncul
kelompok-kelompok Muslim “Charteris” yang mendukung ANC (Kongres Afrika
Nasional) maupun kelompok-kelompok ‘Afrikanis’ yang mendukung PAC (Kongres
Pan-Afrika). Kelompok Jam’iyat Al-Ulama’ yang netral dalam beragama.
Pada tahun 1990 berlangsung konferensi Muslim Nasional yang menghasilkan Front
Muslim dan rumusan Piagam Keagamaan oleh utusan Afrika Selatan untuk Konferensi
Dunia tentang Agama dan Perdamaian pada 1992.[15]
3. Peradaban Islam di Afrika Selatan
Masjid
Pertama yang dibangun oleh Qadhi Abdussalam (w. 1807) di Cape Town tahun 1789
M. Setelah pembangunan masjid ini, beberapa tahun kemudian jumlah Muslim
mengalami peningkatan yang pesat.
Salah satu naskah
Arab-Afrika Bayanuddin, ditulis oleh Syaikh Abu Bakr Affendi (w. 1880 M)
seorang ulama Hanafi berbangsa Turki yang datang ke Cape tahun 1863 M.
Kedatangannya atas permintaan gubernur setempat untuk menyelesaikan
perselisihan-perselisihan teologis.
Saat ini Makam Syaikh
Yusuf terdapat perkampungan kecil dengan penduduk sekitar 40 rumah. Di tengah
perkampungan ini terdapat Masjid Nurul Imam yang berdiri megah. Masjid ini
didirikan pada tahun 2005 oleh mantan wakil Presiden RI Yusuf Kalla, setelah
selesai dipugar dengan bantuan dari Pemerintah RI.
B. Afrika Barat
Afrika Barat berbatasan dengan Samudra Atlantik di sebelah barat dan selatan, Gurun Sahara di utara, dan Gunung Kamerun hingga Danau Chad di timur. Negara-negara yang termasuk dalam Afrika Barat adalah: Benin, Burkina Faso, Gambia, Ghana, Guinea, Guinea Bissau, Liberia, Mali, Mauritania, Niger, Nigeria, Pantai Gading, Senegal, Sierra Leone, Togo.[16]
Delta Sungai Niger
merupakan daerah yang penting di Afrika Barat. Setelah adanya agama Islam di
sekitar wilayah ini, pada abad ke 18 M datanglah Imperium dari Eropa. Di
daerah-daerah sungai Niger ini imperium dari Jerman, Inggris dan Prancis saling
bersaing untuk mendapatkan daerah pengaruh. Pada tahun 1878 M Prancis dapat
mengadakan perjanjian dengan raja pribumi Afrika di daerah tersebut. Beberapa
benteng dan kantor dagang didirikan. Pada tahun 1885 terjadi Kongres Berlin II
yang menyatakan semua daerah di Afrika yang menjadi milik negara-negara Eropa
hrus disertai pendudukan yang sungguh-sungguh.[17]
1. Islam Di Afrika Barat
Islamisasi Afrika Barat
terjadi antara abad ke 11 M dan ke 16 M melalui Penaklukan militer oleh orang
Almoravid (al-Murabitun). Afrika Utara menjarah Afrika Barat dalam rangka
mencari emas dan budak serta Saluran perdagangan jarak jauh yang baik dengan
Afrika Utara telah membantu penyebaran Islam ke Afrika Barat. Para pedagang
Maghrib memberikan andil dalam Islamisasi Afrika Barat.
Persaudaraan yang membentuk Islam di Afrika Barat
sekarang merupakan cabang dari dua persaudaraan utama yaitu, Qadiriyah abad ke
12 M di Baghdad, dan Tijaniyah yang berdiri abad ke 18 M Maroko. Kedua
persaudaraan tersebut merupakan penerapan Islam Itariqoh. Al-Maurid (para
murid) merupakan cabang Qadiriyah Afrika Barat yang didirikan oleh Marabout
Ibrahim Niass. Ia meebentuk otoritas agama dan memimpin persaudaraan.
Masyarakat Islam Afrika Barat terbentuk dari persahabatan
jaringan perdagangan, melalui thariqat Qadariyah dan melalui kesamaan tradisi
intelektual dan keagamaan. Mereka sebagai komunitas kecil yang terorganisir
melalui ikatan nasab dan keagamaan membentuk masyarakat Islam tanpa dalam
kekuasaan suatu rezim Negara. Stuktur komunitas tersebut sebagai pola
organisasi perkumpulan keagamaan Muslim di Negara-negara Muslim Afrika yang
sekuler abad dua puluh dan memiliki banyak penyesuaian dengan organisasi mayoritas
Muslim di dunia.[18]
Di Afrika Barat terdapat dua jenis
literatur Islam di Afrika, yaitu literature ilmiah karya Ulama Afrika dalam
bahasa klasik dan literature Arab klasik pribumi dalam literatur Islam Afrika. Literatur
Islam dapat diketahui pada upaya penyalinan langsung dan membuat ikhtisar
karya-karya dari sumber Arab Klasik. Karya-karya tersebut didatangkan dari
Afrika Utara dan Mesir yang dilakukan pada abad kesembilan belas dari wilayah
Hausa. Sejarah lokal dalam bahasa Arab klasik juga ditulis Ulama Afrika Barat
sejak abad ke tujuh belas. Berkembang pula literatur dalam bahasa Fulfulde dan
Hausa yang dapat dianggap sebagai tradisi tradisi daerah dalam literatur Islam
Afrika.[19]
Islam di Afrika barat mempunyai kaitan kekeluargaan yang
sangat erat dengan nenek moyangnya di daerah Maghrib. Daerah-daerah pantai
Afrika Utara telah dimasuki oleh orang-orang Arab yang menjadikan masyarakat
Barbar menjadi Muslim. Meraka juga telah melakukan kegiatan perdagangan
melintasi Sahara selama berabad-abad (sekitar abad ketiga Masehi) yang lalu dan
mulai memperkenalkan Agama dan kebudayaan baru ke arah selatan.
Pada saat perdagangan meluas, terjadi peralihan ke agama
Islam atau penyediaan akomodasi untuk menyelenggarakan kebiasaan praktek Muslim.
Pemakaian bahasa dan tulisan Arab dalam masyarakat Arab menjadi lebih dikenal. Setelah
tahun 1400 M bahasa-bahasa tertentu orang Afrika telah ditulis dengan
menggunakan abjad Arab, setelah mengalami sedikit modifikasi. Islam juga
diterima di daerah-daerah yang ada di Sahara dan lintas Sahara karena ide-ide
pengobatan dan teori-teorinya, dan melalui ilmu-ilmu metefisika untuk
pengobatan Islam.
Beberapa negara besar yang terpenting seperti Ghana, Mali
dan Songhai yang dibangnun di daerah bagian barat Sudan, khususnya sebagai
perdagangan emas dan budak. Unit-unit politik ini semakin mempercepat proses
Islamisasi sejalan pertambahan waktu. Mali yang mulai muncul pada tahun 1250 M
sangat tertarik terhadap ajaran Islam dan banyak pemimpin orang Mali
melaksanakan ibadah haji ke Mekkah. Dalam perjalanan, mereka lewat melalui
Kairo, dimana suplai emas mereka yang berlebihan telah menakjubkan dan
menyenangkan penduduk Mesir pada maasa itu. Sebaliknya Mali telah dikuasai oleh
Songhai[20] sekitar tahun 1450 M. Songhai
dibawah pimpinan Upper Niger, banyak terlibat dalam politik dan ekspansi tahun
1510-1530 M. Timbuktu[21] diambil alih orang-orang
Maroko tahun 1590-1591 M.
Di daerah-daerah Senegal dan Gambia, Mali memiliki
sejumlah Negara-negara pengganti. Bahkan sebelum jatuhnya Mali, para pedagang Malinke
(Manding) juga telah banyak melakukan kegiatan di sebagian besar Afrika
Barat. Dyula (pedagang/saudagar dalam bahasa Mandle) memperdagangkan barangnya
secara luas karena barang-barang mereka banyak disukai bahkan saat terjadi
peperangan lokal. Sebagian mereka telah menjadi pemeluk Islam pada abad ke
15-16 M. Seperti Muslim Wangara di daerah sungai Senegal kemungkinan merupakan
kelompok Muslim yang paling dikenal. Mereka peran besar dalam penyebaran Islam
di daerah-daerah yang saat ini dikenal sebagai Guinea, Siera Leone dan daerah
bagian utara Nigeria, pantai Gading, Toga, Benin (Dahomey) dan Ghana modern.
Pusat kebudayaan Islam lainnya yaitu Kanem-Bornu, suatu
daerah dekat danau Chad. Selama berabad-abad Negara tersebut mensponsori kelangsungan
perdagangan budak ke Lybya melalui Fezzan, suatu rute yang digunakan mengangkut
produk-produk seperti emas. Kanem tunduk pada penguasa dari Tunis dan pada
suatu saat telah mengklaim daerah bagian selatan Fezzan. Di antara Bornu dan
pantai Afrika Barat berdiri sejumlah negara-negara atau kota yang termasyhur
hingga menjelang abad ke 16 M seperti, Kebbi, Kano, Katsina dan Fouta Toro.
Sekitar tahun 1750 M masuklah kelompok-kelompok Muslim
Fulani dari Senegal dan pantai Guinea di daerah padang rumput utara
Nigeria. Masyarakat Hausas yang masih
belum menerima Islam secara penuh (semi Islam), maka jumlah kaum Muslim
bertambah dari yang sebelumnya. Pada masa pemerintahan kolonial Inggris,
Perancis, Jerman, Spanyol dan Portugal di Afrika Barat, umumnya mereka mengembangkan
pusat perdagangan di daerah pantai. Perancis dan Portugis memperlihatkan
berbagai ketidak-sukaan mereka terhadap Muslim. Inggris dan Jerman yang
bersikap netral, ternyata mengagumi Muslim dan kebudayaannya. Namun, alasan
politis memutuskan agar sesedikit mungkin bekerja sama dengan mereka.
Pada masa kolonial di Afrika Barat bukan berarti bahwa
Islam terhenti berkembang atau kehilangan pengaruh. Terlihat dari negara-negara
Afrika Barat kontemporer seperti Guinea, Nigeria, Kamerun, Togo, Benin, Ghana
dan pantai Gading memiliki penduduk Muslim yang besar. Sebagian dari masyarakat
ini diorganisasi sebagai kelompok-kelompok politik.[22]
2. Kekuasaan Islam Di Afrika
Barat
Beberapa kerajaan yang pernah berdiri di Afrika Barat yang memiliki peran
dalam persebaran Islam hingga tahun 1890 M. Dinasti-dinasti tersebut
diantaranya: Kerajaan Ghana (830-1235 M), Dinasti Za di Gao (11 M -1275 M),
Dinasti Sayfawa (1075-1846 M), Kekaisaran Mali (1230-1600 M), Dinasti Keita
(1235-1670 M), Kerajaan Songhai (1340-1591 M), Kerajaan Bornu (1396-1893 M),
Kerajaan Baguirmi (1522-1897 M), Kerajaan Dendi (1591-1901 M), Kesultanan
Damagaram (1731–1851 M), Kerajaan Fouta Tooro (1776-1861 M), Kekhalifahan
Sokoto (1804-1903 M), Kerajaan Toucouleur (1836-1890 M).
a. Kekaisaran Ghana
Salah satu kerajaan
pertama yang bisa menerima Islam di Afrika Barat adalah Kekaisaran Ghana
(830-1235 M). Kerajaan itu berada Mauritania dan Mali bagian barat. Menurut
Prof A Rahman I Doi, keberadaan Kekaisaran Ghana sempat ditulis oleh geografer
Muslim bernama al-Bakri dalam kitab Fi Masalik wal Mamalik. Menurut al-Bakri,
pada 1068 M Kerajaan Ghana telah mencapai kemajuan secara ekonomi kaya dan
makmur.
Kekaisaran Ghana mempekerjakan Muslim sebagai penerjemah.
Tak hanya itu, sebagian besar menteri dan bendahara negara adalah Umat Islam.
Al-Bakri pun melukiskan perkembangan Islam di Kekaisaran Ghana pada abad ke-11
M dengan seuntai kata. “Kota Ghana memiliki dua kota yang terletak pada sebuah
dataran, salah satunya dihuni Umat Islam dalam jumlah yang banyak. Komunitas
ini memiliki 12 masjid yang biasa digunakan untuk shalat Jum’at. Setiap masjid
memiliki imam, muazin, serta para pembaca Al-Qur’an. Kota Muslim itu banyak
memiliki ahli hukum, pengacara, dan orang-orang pintar”.
b. Dinasti Za
Dinasti Za berbasis di
Kota Kukiya dan Gao di Sungai Niger, sekarang dikenal sebagai Mali modern.
Dinasti itu didirikan Za Alayaman pada abad ke-11 M. Pendiri raja itu berasal
dari Yamen dan menetap di Kota Kukiya. Dinasti itu berubah menjadi kerajaan
Islam setelah pada 1009-1010 M, Za Kusoy penguasa ke-15 memeluk Islam. Kerajaan
ini ditaklukkan Kekaisaran Mali pada awal abad ke-13 M.
c. Kekaisaran Mali
Menurut sejarawan
Margari Hill dari Stanford University, Kerajaan Mali didirikan oleh Raja Sunjiata
Keita. Ia bukanlah seorang Muslim, raja Mali pertama yang masuk Islam adalah
Mansa Musa (1307-1332). “Ia menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan”. Di
era kepemimpinan Mansa Musa, Kekaisaran Mali mengalami masa keemasan. Pada 1325
M, Timbuktu mulai dikuasai Kaisar Mali, Mansa Mussa (1307-1332). Raja Mali yang
terkenal dengan sebutan Kan Kan Mussa itu begitu terkesan dengan warisan Islam
di Timbuktu.
Sepulang menunaikan haji di Makkah, Sultan Musa membawa
seorang arsitek terkemuka asal Mesir bernama Abu Es Haq Es Saheli. Sultan
menggaji arsitek itu dengan 200 kilogram emas untuk membangun Masjid Jingaray
Ber. Musa juga membangun istana kerajaannya di Timbuktu. Pada masa
kekuasaannya, Musa juga membangun masjid di Djenne dan Masjid Agung di Gao
1324-1325 M. Masjid ini kini hanya tersisa pondasinya saja.
Kerajaan Mali mulai dikenal di seluruh dunia ketika
Sultan Musa menunaikan ibadah haji di Tanah Suci, Makkah pada 1325 M. Sebagai
penguasa yang besar, dia membawa 60 ribu pegawai dalam perjalanan menuju
Makkah. Hebatnya, setiap pegawai membawa tiga kilogram emas. Itu berarti dia
membawa 180 ribu kilogram emas. Saat Sultan Musa dan rombongannya singgah di
Mesir, mata uang di Negeri Piramida itu langsung anjlok.
Pesiar yang dilakukan sultan membuat Mali dan Timbuktu
mulai masuk dalam peta pada abad ke-14 M. Kesuksesan yang dicapai Timbuktu
membuat seorang kerabat Sultan Musa, Abu Bakar II, menjelajah samudra dengan
menggunakan kapal. Abu Bakar dan tim ekspedisi maritim yang dipimpinnya
meninggalkan Senegal untuk berlayar ke Lautan Atlantik. Pangeran Kerajaan Mali
itu kemungkinan yang menemukan benua Amerika. Hal itu dibuktikan dengan
keberadaan bahasa, tradisi, dan adat Mandika di Brazil.
d. Kekaisaran Songhay
Islam mulai menyebar ke
wilayah Kekaisaran Songhay pada abad ke-11 M. Menurut Prof. Rahman, Songhay
sangat kaya karena pengaruh perdagangan dengan Gao. Pada abad ke-13 M, kerajaan
itu sempat dikuasai Kekaisaran Mali. Namun, pada akhir abad ke-14 M bisa
melepaskan diri ketika dipimpin oleh Sunni Ali. Di bawah kepemimpinan Raja
Sunni Ali, (1464-1492 M) wilayah barat Sudan sempat dikuasai Kekaisaran
Songhay. Kota Timbuktu dan Jenne yang dikenal sebagai pusat peradaban Islam
juga dikuasai Sunni Ali pada 1471-1476 M.
Sunni Ali adalah seorang Muslim. Namun, tetap
mempraktikkan tradisi lokal dan magis. Ia kerap menghukum ulama dan cendekiawan
Muslim yang mengkritisinya karena mempraktikkan kepercayaan pagan. Umat Islam
dan ulama Muslim di Timbuktu bergembira setalah Sunni Ali meninggal.
e.
Dinasti Asykiya
Askia Muhammad Toure (Towri),
seorang jenderal Songhay meminta Barou untuk mengucap sumpah dengan cara Islam
sebelum memimpin kerajaan, namun menolaknya. Muhammad Toure menggulingkannya
dan mendirikan Dinasti Askiya.
Pada masa kepemimpian Muhammad Toure, Islam kembali
berjaya. Ia menerapkan hukum Islam, juga melatih dan mengangkat hakim-hakim
baru. Muhammad Toure melindungi dan membiayai para ilmuwan, ulama, dan
cendekiawan Muslim. Mereka yang berprestasi dalam bidang intelektual dan agama
diberi hadiah yang melimpah. Sultan Muhammad Toure pun sangat dekat dengan
ulama dan cendekiawan terkemuka Muhammad al-Maghilli. Sang sultan juga
mendukung pengembangan Universitas Sankore yang merupakan universitas Islam
pertama di Afrika Barat.
Sama seperti Mansa Musa-Sultan Mali, Askia Muhammad juga
sempat menunaikan ibadah haji ke Makkah. Ia dikenal memiliki kedekatan dengan
ulama dan penguasa di negara-negara Arab. Di Makkah, ia disambut penguasa Arab.
Ia juga mendapat hadiah pedang dan gelar Khalifah Sudan Barat. Sekembalinya
dari Makkah pada 1497 M, ia menggunakan gelar al-Hajj pada namanya.[23]
3. Perdaban Islam Di Afrika Barat
Berikut peradaban Islam
di Afrika Barat yang dapat pemakalah tuliskan:
Kekaisaran Ghana meninggalkan dua kota yang terletak pada
sebuah dataran, salah satunya dihuni Umat Islam dalam jumlah yang banyak.
Komunitas ini memiliki 12 masjid yang biasa digunakan untuk shalat Jum’at.
Kekaisaran Mali meninggalkan beberapa peradaban separti;
Masjid Jingaray Ber yang dibangun dengan 200 kilogram emas oleh arsitek Abu Es
Haq Es Saheli pada masa Musa, istana kerajaan Mali di Timbuktu, Masjid di
Djenne dan Masjid Agung di Gao 1324-1325 M. Namun, Masjid ini kini hanya
tersisa pondasinya saja.
Universitas Sankore merupakan Universitas Islam pertama
di Afrika Barat pada masa Muhammad Toure Kesultanan Dinasti Asykiya. Selain itu,
di kawasan Afrika Barat juga ditemukan tak kurang dari 20 juta manuskrip.
Simpulan
Islam di Afrika Selatan dan Afrika Barat
memiliki sejarah dan peradaban yang tidak dapat dilupakan. Berawal dari proses
Islamisasi, perkembangan Islam hingga datangnya bangsa Eropa dan penguasaan
oleh bangsa Eropa separti Belanda yang dominan di Afrika Utara, Prancis,
Portugis, Jerman dan Inggris yang tertarik dengan wilayah emas Afrika Barat.
Beberapa tokoh penting yang mengenalkan dan menyebarkan Ajaran Islam
di antaranya berasal dari Nusantara, Syaikh Yusuf Al Makassari dilanjutkan oleh
Qadhi
Abdussalam (w. 1807) yang berhasil meletakkan pondasi masjid pertama di wilayah
Cape Town tahun 1789 M yang membantu peningkatan tajam jumlah Muslim antara
1804 dan 1834 M. Di afrika Barat, Islam di sebarkan melalui proses perdagangan,
ekspansi dan pendidikan. Islam dari Afrika Utara yang mewarisi Islam ke wilayah
Barat Afrika. Peran tarekat sufi juga berpengaruh dalam penyebaran Islam di
wilayah Afrika Barat.
Daftar
Pustaka
Ajid Thohir. Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif
Etno-Linguistik dan Geo-Politik.
Jakarta:
Rajawali Pers. 2011
Darsiti Soeratman. Sejarah Afrika.Yogjakarta:
Ombak. 2012
Ira M Lapidus. Sejarah Sosial Umat
Islam bagian Kesatu dan Kedua. Jakarta:Raja Grafindo Persada. 2000
Murdiah Winarti. Diktat Mata Kuliah
Sejarah Afrika. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas
Pendidikan Indonesia. 2009
https://id.wikipedia.org/wiki/Afrika_Selatan
https://www.facebook.com/laulya3/posts/387673428057520
https://id.wikipedia.org/wiki/Afrika_Barat
https://senyumislam.wordpress.com/2011/08/04/jejak-peradaban-islam-di-afrika-barat/
[2] Disahkan 1948 M, suatu cara
untuk mengawal sistem ekonomi dan sosial negara dengan dominasi kulit putih dan
diskriminasi ras.
[3]
https://id.wikipedia.org/wiki/Afrika_Selatan, diakses 24 Mei 2016, 15:19 WIB
[4] Ajid
Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam
Perspektif Etno-Linguistik dan
Geo-Politik, (Jakarta: Rajawali Pers.2011) hlm.278
[5] Mereka digolongkan sebagai
“Melayu Cape” karena yang datang berbondong-bondong dari kepulauan Melayu.
[6] Mardyckers berasal dari kata
Mardycka atau Maredhika yang berarti merdeka. Mereka datang ke Afrika Selatan
tahun 1658 M, empat tahun setelah VOC menjadikan Tanjung Harapan sebagai
persinggahan kapal-kapal mereka yang akan melewati jalur Belanda-Batavia.
[7] Ajid
Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam
Perspektif Etno-Linguistik dan
Geo-Politik, (Jakarta: Rajawali Pers.2011) hlm.279
[8] Terdapat beberapa tokoh lain
yang berperan penting dalam menyebarkan Islam di Afrika Selatan. Di sekeliling
cape Town saat ini ada sekitar 23 makam ulama. Mereka umumnya berasal dari
Nusantara.
[9]
https://www.facebook.com/laulya3/posts/387673428057520, diakses 24 Mei 2015
15:21
[10] Ajid
Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam
Perspektif Etno-Linguistik dan
Geo-Politik, (Jakarta: Rajawali Pers.2011) hlm.278
[11] Ibid, hlm. 279
[12] Ajid
Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam
Perspektif Etno-Linguistik dan
Geo-Politik, (Jakarta: Rajawali Pers.2011) hlm.278
[13] Ajid
Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam
Perspektif Etno-Linguistik dan
Geo-Politik, (Jakarta: Rajawali Pers.2011) hlm. 280
[14] Ibid., hlm. 281
[15] Ibid., hlm. 282
[16]
https://id.wikipedia.org/wiki/Afrika_Barat, diakses 24 Mei 2016 15:46 WIB
[17] Darsiti Soeratman, Sejarah
Afrika (Yogjakarta: Ombak, 2012), hlm. 52
[18] Ira M Lapidus, Sejarah Sosial
Umat Islam bagian Kesatu dan Kedua, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2000), hlm.
778
[19] Ajid Thohir, Studi Kawasan
Dunia Islam Perspektif Etno-Lungistik dan Geo-Politik,(Jakarta: PT Raja
Grafindo, 2011),hlm. 272
[20] suatu negara yang telah
menggunakan kekuasaan, sekitar 1490 terjadi agresi , yang dipemimpin oleh Sonni
Ali.
[21] Merupakan Ibu Kota pemerintahan
[22] Murdiah Winarti, Diktat Mata
Kuliah Sejarah Afrika, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Pendidikan Indonesia , 2009, hlm. 8; tidak diterbitkan
[23]
https://senyumislam.wordpress.com/2011/08/04/jejak-peradaban-islam-di-afrika-barat/,
diakses 30 Mei 2016, 15:57 WIB